Trenggalek merupakan sebuah kabupaten di sebelah barat daya dari
provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan samudera India.
Batas-batas wilayahnya meliputi : sebelah utara berbatasan dengan gunung
Wilis, sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Tulungagung, sebelah
selatan berbatasan dengan samudera India dan sebelah barat berbatasan
dengan kabupaten Pacitan dan Ponorogo. Keadaan alamnya mayoritas daerah
pegunungan dan mayoritas hutan yang telah dikelola oleh Perhutani.
Keadaan alam yang demikian menyebabkan pendapatan perkapita penduduk
menjadi rendah sehingga banyak warganya yang merantau. Keadaan alam yang
minus demikian yang jadi penyebab dahulu Pemerintah Belanda sampai
berulang kali memisahkan dan menggabungkan wilayah Trenggalek dengan
kabupaten di sekitarnya. Trenggalek terbagi menjadi 14 Kecamatan
meliputi kecamatan Trenggalek, Bendungan, Karangan, Suruh, Tugu, Pule,
Panggul, Dongko, Munjungan, Kampak, Watulimo, Gandusari, Pogalan,
Durenan. Ibukota Pemerintahan Kabupaten Trenggalek berada di Kecamatan
TrenggalekDari sejarah Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, Kabupaten ini
menjadi daerah otonom sejak Pemerintahan Pakubuwono II pada masa
Kerajaan Mataram Islam sebelum pecah menjadi 2 Kerajaan yaitu Surakarta
dan Ngayogyakarta. Bupati Pertama adalah putra dari Pakubuwono II yang
bernama Mertodiningrat. Akibat dari gejolak di pusat Kerajaan maka
berdasarkan Perjanjian Gianti (1755) Trenggalek-pun ikut terpecah dimana
Trenggalek dengan wilayah yang sekarang kecuali Panggul dan Munjungan
masuk Ponorogo sebagai bagian dari wilayah Surakarta dan Panggul serta
Munjungan masuk Pacitan sebagai bagian dari wilayah Ngayogyakarta.
Pada tahun 1812, dengan berkuasanya Inggris di Pulau Jawa (Periode
Raffles 1812-1816) Pacitan (termasuk didalamnya Panggul dan Munjungan)
berada di bawah kekuasaan Inggris dan pada tahun 1916 dengan berkuasanya
lagi Belanda di Pulau Jawa, Pacitan diserahkan oleh Inggris kepada
Belanda termasuk juga Panggul dan Munjungan.
Pada tahun 1830 setelah selesainya perang Diponegoro, wilayah Kabupaten
Trenggalek, tidak termasuk Panggul dan Munjungan, yang semula berada
dalam wilayah kekuasaan Bupati ponorogo dan Kasunanan Surakarta masuk di
bawah kekuasaan Belanda. Dan, pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek
termasuk Panggul dan Munjungan memperoleh bentuknya yang nyata sebagai
wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten versi Pemerintah Hindia
Belanda sampai disaat dihapuskannya pada tahun 1923.
Alasan atau pertimbangan dihapuskannya Kabupaten Trenggalek dari
administrasi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu secara pasti tidak
dapat diketahui. Namun diperkirakan mungkin secara ekonomi Trenggalek
tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah kolonial Belanda.
Wilayahnya dipecah menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu
Bupati di Panggul masuk Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah
Pembantu Bupati Trenggalek, Karangan dan Kampak masuk wilayah Kabupaten
Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun 1950.
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan
bentuknya kembali sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata
Administrasi Pemerintah Republik Indonesia.
Asal Usul Nama Trenggalek
Dalam Babad, Legenda, Cerita Rakyat maupun Sejarah tidak pernah ada yang
menyinggung asal usul nama Trenggalek. Cerita Rakyat yang berkembang
selama ini hanya mengisahkan Kepahlawan dari Bupati Trenggalek
Menaksopal dan Ketampanan Putra Bupati Trenggalek sehingga Suminten anak
dari Warok Surogentho sampai tergila-gila. Ada salah satu pendapat yang
menjabarkan arti Trenggalek sebagai Terang Ing Galih (Terang di Hati),
namun menurut penulis pendapat ini tidak mempunyai sisi Historis apapun
dilihat dari sudut pandang Tata Bahasa, Sosiologi maupun Geografi dari
wilayah Trenggalek itu sendiri. Selama ini hanya ada satu pedoman untuk
menyingkap asal usul nama Trenggalek yaitu makam mantan Bupati/Tokoh
yang bernama Setono Galek. Namun tidak ada Catatan atau Cerita darimana
Tokoh ini berasal dan mengapa bernama Setono Galek pun orang Trenggalek
sendiri sepertinya tidak ada yang tahu arti nama itu.Dengan pengetahuan
yang terbatas, penulis mencoba mencari tahu sebagaimana dalam tulisan
Sejarah Kampak yang pernah saya tulis.
Yang Pertama dari sudut Tata Bahasa yang penulis cari, kata Trenggalek
adalah gabungan dari 2 (dua) kata. Yang Pertama adalah Trengga/Treng
adalah kependekan dari kata Trenggana dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno
yang berarti Bintang/Terang dan Galek/Lek adalah dari kata Galekan/Galek
juga dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti Hilang/Lenyap.
Untuk kata Galek/Galekan itu sendiri tidak banyak orang yang tahu karena
kata ini sudah lama tidak terpakai dalam khasanah Tata Bahasa Jawa
sehingga sepintas seperti kata yang asing. Arti kata ini penulis
dapatkan dari seorang yang mengerti kebudayaan Jawa Kuno karena dalam
Kamus Sansekerta yang dikarang bapak Purwadi tidak penulis ketemukan.
Arti kata dari gabungan 2 (dua) kata ini menjadi Bintang/Terang yang
Hilang/Lenyap. Atau lebih mudahnya berarti Bintangnya/Terangnya
Hilang/Lenyap.
Dari arti kata ini penulis berjalan ke belakang dalam Historis atau
Sejarah terbentuknya Kabupaten Trenggalek. Sejarah telah tertulis, awal
terpecahnya Kerajaan Mataram Islam adalah ketika terjadi Pemberontakan
sehingga Ibukota Kerajaan di Kartasura luluh lantak sehingga Pakubuwono
II menyingkir ke wilayah Ponorogo dan sekitarnya termasuk Trenggalek.
Kemudian atas bantuan Ulama Besar Ponorogo beserta santrinya dan warga
Ponorogo,Trenggalek dan Tulungagung Kerajaan dapat direbut kembali.
Karena Ibukota sudah hancur maka Ibukota dipindahkan ke Surakarta atau
Solo. Atas rasa terimakasih terhadap warga Trenggalek, maka dibentuk
Pemerintahan tersendiri di Trenggalek dengan Putra dari Pakubuwono II
sendiri sebagai Bupati Pertama.
Inilah awal kehancuran Kerajaan Mataram karena saudara-saudara
Pakubuwono II termasuk pamannya sendiri menyatakan ketidakpuasannya
karena ternyata Pakubuwono II semakin dekat dengan Pemerintah Hindia
Belanda, sebagai pihak yang selama ini menjadi musuh sejak jaman Sultan
Agung. Akhirnya Kerajaan Mataram pecah menjadi 4 (empat) Kerajaan kecila
yaitu Surakarta,Ngayogyakarta,Pakualaman dan Mangkunegaran.
Uraian Sejarah tadi jika dihubungkan kata Trenggalek dan kedatangan Raja
Jawa ke tanah Trenggalek mempunyai kaitan yang erat. Kata Trenggalek
atau daerah Trenggalek itu adalah Tempat Terangnya Hilang atau Lenyapnya
Bintang Raja Jawa sebagai awal Pembentukan Kadipaten Trenggalek.
Penjabaran lebih mudahnya arti Trenggalek adalah Wahyu Kraton/Wahyu
Raja-raja Jawa Hilang/Lenyap. Jadi di Trenggalek-lah Lenyapnya/Hilangnya
Wahyu Kraton Tanah Jawa. Dan dimana Hilangnya Wahyu Kraton itu
sebagaimana Siklus Sejarah, di situ jugalah Muncul/Asal Wahyu Kraton
Raja-raja Tanah Jawa.
Sekarang kita menuju Jaman Awal Kemerdekaan Indonesia dimana Presiden
Sukarno menunjuk Pahlawan Peta Supriyadi sebagai Panglima Angkatan
Bersenjata Indonesia yang Pertama. Semua orang tahu Supriyadi sudah
lenyap antara hidup dan mati. Tetapi mengapa Sukarno tetap menunjuk
Supriyadi menjadi Panglima walau orangnya tidak muncul. Tentu Sukarno
mempunyai alasan yang kuat dan mungkin hanya Sukarno yang tahu
alasannya. Karena sebenarnya banyak Pejuang/Tentara didikan Belanda yang
lebih berpengalaman maupun didikan Jepang yang lebih mumpuni. Ternyata
menurut penulis alasan Sukarno adalah Supriyadi kelahiran Trenggalek
sebagaimana tulisan di atas mungkin menurut Sukarno, Supriyadi-lah pada
waktu itu pemegang Wahyu Keprabon/Kraton Tanah Jawa. Untuk alasan ini
terasa tidaklah Rasional, namun menurut pandangan masyarakat Jawa hanya
orang yang mempunyai atau mendapat Wahyu Keprabon-lah yang sanggup
memimpin Indonesia sebagaimana Jawa adalah Setral-nya. Artinya, hanya
orang yang mendapat Wahyu Keprabon Tanah Jawa-lah yang kuat memimpin
Indonesia. Karena menjadi Pemimpin Dunia dalam pandangan Jawa harus juga
sanggup menguasai alam Ghaib yang selama ini diidentikkan dengan
Penguasa Laut Selatan. Dan kebetulan menurut orang yang mengerti Ilmu
Ghaib Pusat, Kerajaan Laut Selatan adalah di Gunung Kumbokarno Pantai
Prigi di Kecamatan Watulimo Trenggalek.
Karena Supriyadi tidak juga muncul akhirnya Sukarno pada tahun 1950an
mengunjungi Trenggalek sebagai rangkaian tugas dinas kenegaraan. Yang
jadi pertanyaan, untuk urusan apa Presiden Sukarno sebagai Presiden
Terbesar Indonesia mau mengunjungi Trenggalek. Padahal daerah ini adalah
daerah minus dan tidaklah mempunyai kepentingan yang strategis untuk
urusan kenegaraan. Mengapa tidak Tulungagung sebagai tempat waktu kecil
dia tinggal atau Blitar rumah dari orangtunya? Dari tulisan di atas,
dapat ditarik benang merah tujuan Sukarno adalah ingin mendapatkan Wahyu
Keprabon untuk memperkuat kedudukannya karena sebagaimana orang tahu
Sukarno adalah orang yang suka hal-hal yang berbau Ghaib dan Budaya
Jawa. Ada satu hal yang lucu,apakah benar atau salah adalah waktu
penulis masih SD pernah membaca tulisan Sukarno kelahiran Trenggalek.
Menurut kakek penulis yang menghadiri pidato Bung Karno di alun-alun
Trenggalek, Sukarno mengakui sendiri bahwa dia adalah kelahiran
Trenggalek tepatnya di belakang Gedung Bioskop Trenggalek Teater yang
sekarang sudah tutup. Inilah yang memperjelas dari arti kata Trenggalek
yang berarti Terang Hilang atau Bintang Lenyap atau Wahyu Hilang.
Yang Kedua arti kata Trenggalek menurut Sosio dan Geografis, Trenggalek
adalah sejenis tumbuhan lama yang sekarang jarang ditemukan.
Ciri-cirinya batangnya berwarna agak kemerahan serta daun dan batangnya
kecil. Kata dan Nama Trenggalek adalah bahasa Jawa Kuno dan tidak ada
duanya di dunia untuk menamai tumbuhan tersebut dan memang jaman dahulu
banyak tumbuh di daerah Trenggalek. Nama lain tumbuhan ini adalah Telaga
Sari atau Telaga Warna. Tumbuhan ini sebagai penetralisir zat
Radioaktif. Lalu apa hubunganya dengan tumbuh di daerah Trenggalek?
Trenggalek adalah daerah perbukitan dan banyak gunung-gunung kecil
sambung menyambung melingkari wilayah Trenggalek. Secara Geologi
pegunungan Trenggalek adalah barisan dari Pegunungan Kapur Selatan dan
bersambung dengan lereng Gunung Wilis. Tidak seluruhnya bukit-bukit
tersebut pegunungan kapur yang menandakan daerah Trenggalek adalah bekas
lautan. Banyak batu-batuan yang muncul ke permukaan dan membentuk
bukit-bukit itu. Dalam Ilmu Geologi dinamakan Batuan Introsif atau
batuan muda dan karena proses geologi terbentuk menjadi unsur-unsur
logam seperti emas dan sebagainya. Oleh karena itulah daerah Trenggalek
kaya akan bahan tambang namun dalam intensitas kecil dan kadang yang
masih muda. Akibat dari Proses Kimiawi Alam yang masih berlangsung
inilah yang jadi penyebab Zat-zat Radioaktif keluar dari perut bumi
sehingga merusak dan menghancurkan makhluk hidup di atasnya. Zat
Radioaktif inilah bagi orang yang mempelajari Ilmu Ghaib biasa disebut
makhluk Perusak. Hal ini menjadi bertambah kuat mengapa Trenggalek
menjadi Pusat Kekuatan Penghancur pada Jaman dahulu. Semisal menurut
orang yang mengerti Ilmu Ghaib, Dewata Cengkar yang dikalahkan Prabu Aji
Saka bertapa dan berdiam di wilayah Kamulan Kecamatan Durenan. Nyai
Roro Kidul yang berunsur Penghancur juga berada di Pantai Prigi sebagai
Dayang Ratu Kidul. Dan alasan Syech Subakir mendarat pertama kali di
tanah Jawa di Pantai Prigi. Karena wilayah Trenggalek masih diselimuti
unsur Radioaktif sebagai zat Penghancur Makhluk Hidup namun juga bisa
jadi Zat yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsuhan makhluk hidup. Menjadi
masuk akal jika tumbuhan Trenggalek/Telaga Sari/Telaga Warna banyak
tumbuh di wilayah Trenggalek sebagai Penyeimbang atau Penetralisir Zat
Radioaktif. Dari nama tumbuhan inilah asal muasal menjadi nama daerah
Trenggalek khususnya wilayah Kecamatan Trenggalek. Orang Jaman dahulu
menamakan suatu wilayah biasa menggunakan nama tumbuhan,hewan,keahlian
penduduk,ciri daerah dan sebagainya.
Dari uraian di atas ada 2 (dua) pandangan untuk menentukan asal usul
nama Trenggalek. Dan semua penulis serahkan kepada kesimpulan pembaca.
Namun pendapat inilah masih entah dan perlu penyempurnaan karena penulis
juga belum punya sumber dan pegangan Historis yang bisa dipercaya
tentang Siapa dan Sejak Kapan nama Trenggalek dipakai untuk menjadi nama
khususnya Kecamatan Trenggalek. Menurut catatan sejarah, secara resmi
nama Trenggalek dipakai semenjak berdirinya Kadipaten Trenggalek pada
masa Pemerintahan Pakubuwobo II. Apakah sebelumnya sudah dipakai,penulis
tidak menemukan pada catatan-catan kuno. Jika kata Trenggalek itu
adalah merupakan Satu Kata dan Bukan gabungan 2 (dua) kata, besar
kemungkinan bahasa Trenggalek ini sudah ada sejak Jaman Majapahit yang
masih kental menggunakan bahasa-bahasa Jawa Kuno. Karena pada masa Islam
bahasa-bahas yang digunakan cenderung sudah menggunakan bahasa-bahasa
Jawa Baru. Kemudian siapa yang pertama kali memberi nama Trenggalek?
Sesuai Prasasti atau Peninggalan Makam Kuno yang ada,besar kemungkinan
adalah Setono Galek atau mungkin dialah Penguasa Galek yang pertama.
Demikian tulisan ini penulis buat semata sebagai penambah wawasan dan
bukti cinta penulis terhadap tanah kelahirannya. Ada kurang lebihnya
penulis sebagai manusia biasa mohon maaf yang sebesar-besarnya dan jika
ada tambahan pendapat untuk memperkuat pendapat penulis atau yang tidak
sependapat bisa berkomentar karena semua ini adalah ajang pembelajaran
bagi kita semua. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Referensi Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar